Pengertian Syarat Rukun dan Hukum dalam Berdagang (Jualan)



Jual beli menurut bahasa artinya pertukaran atau saling menukar. Sedangkan menurut pengertian fikih, jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang lain yang sebanding. Jual beli juga dapat diartikan menukar uang dengan barang yang diinginkan. Jual beli dinyatakan sah apabila memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya. Setelah jual beli dilakukan secara sah, barang yang dijual menjadi milik pembeli sedangkan uang yang dibayarkan pembeli sebagai pengganti harga barang, menjadi milik penjual. Suatu ketika Rasulullah Muhammad Saw. ditanya oleh seorang sahabat tentang pekerjaan yang paling baik. Beliau menjawab, pekerjaan terbaik adalah pekerjaan yang dilakukan dengan tangannya sendiri dan jual beli yang dilakukan dengan baik. Jual beli hendaknya dilakukan oleh pedagang yang mengerti ilmu fiqih. Hal ini untuk menghindari terjadinya penipuan dari ke dua belah pihak.

Khalifah Umar bin Khattab, sangat memperhatikan jual beli yang terjadi di pasar. Beliau mengusir pedagang yang tidak memiliki pengetahuan ilmu fiqih karena takut jual beli yang dilakukan tidak sesuai dengan hukum Islam. Pada masa sekarang, cara melakukan jual beli mengalami perkembangan. yang dibutuhkan tanpa berhadapan dengan penjual. Pernyataan penjual (ijab) diwujudkan dalam daftar harga barang atau label harga pada barang yang dijual sedangkan pernyataan pembeli (Qabul) berupa tindakan pembeli membayar barang-barang yang diambilnya. Insya Allah Aku Bisa Aku akan berhemat dalam membeli barang, karena Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan

Jual beli zaman dahulu
walaupun bentuknya berbeda. Jual beli juga dibenarkan dan berlaku sejak zaman Rasulullah Saw. sampai sekarang. Jual beli mengalami perkembangan seiring pemikiran dan pemenuhan kebutuhan manusia. Macam-macam Jual beli yang diterapkan di masyarakat zaman sekarang ini di antaranya adalah:
 1. Jual beli barter (tukar menukar barang dengan barang) 
2. Money changer (pertukaran mata uang) 
3. Jual beli kontan (langsung dibayar tunai) 
4. Jual beli dengan cara mengangsur (kredit) 
5.Jual beli dengan cara lelang (ditawarkan kepada masyarakat umum untuk mendapat harga tertinggi). Berbagai macam jual beli tersebut harus dilakukan sesuai hukum jual beli dalam agama Islam.

Hukum Jual Beli


Allah Swt. telah menghalalkan praktik jual beli sesuai ketentuan dan syari’at-Nya. Haram, misalnya menjual barang yang dilarang untuk diperjualbelikan. Menjual barang untuk maksiat, jual beli untuk menyakiti seseorang, jual beli untuk merusak harga pasar, dan jual beli dengan tujuan merusak ketentraman masyarakat. Insya Allah Aku Bisa Carilah kebutuhan hidupmu dengan cara yang mulia dan terpuji, halal zatnya dan cara perolehannya.

Rukun jual beli Barang


Rukun jual beli berarti sesuatu yang harus ada dalam jual beli, Apabila salah satu rukun jual beli tidak terpenuhi, maka jual beli tidak dapat dilakukan. Menurut sebagian besar ulama, rukun jual beli ada empat macam, yaitu: 
1. Penjual dan pembeli
2. Benda yang dijual 
3. Alat tukar yang sah (uang)
4. Ijab Qabul Ijab adalah perkataan penjual dalam menawarkan barang dagangan, misalnya: “Saya jual barang ini seharga Rp 50.000,00”. Sedangkan Qabul adalah perkataan pembeli dalam menerima jual beli, misalnya: “Saya beli barang itu seharga Rp 50.000,00”. Imam Nawawi berpendapat, bahwa ijab dan Qabul tidak harus diucapkan, tetapi menurut adat kebiasaan yang sudah berlaku. Hal ini sangat sesuai dengan transaksi jual beli yang terjadi saat ini di pasar swalayan. Pembeli cukup mengambil barang yang diperlukan kemudian dibawa ke kasir untuk dibayar. Insya Allah Aku Bisa Aku bisa mengamalkan perintah Allah yang menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba 

Jual beli dikatakan sah, apabila memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Persyaratan itu untuk menghindari timbulnya perselisihan antara penjual dan pembeli akibat adanya kecurangan dalam jual beli. Bentuk kecurangan dalam jual beli misalnya dengan mengurangi timbangan, mencampur barang yang berkualitas baik dengan barang yang berkualitas  rendah kemudian dijual dengan harga barang yang berkualitas baik. Rasulullah saw. melarang jual beli yang mengandung unsur tipuan. Oleh karena itu seorang pedagang dituntut untuk berlaku jujur dalam menjual dagangannya. 

Syarat Sah Jual Beli

Adapun syarat sah jual beli adalah sebagai berikut: 
1. Penjual dan pembeli 
a. Jual beli dilakukan oleh orang yang berakal agar tidak tertipu dalam jual beli. Allah Swt.berfirman dalam QS. An-Nisaa’ Artinya: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupanmu.(Q.S An-Nisaa’[4]:5) 
b. Jual beli dilakukan atas kemauan sendiri (tidak dipaksa). Dalam Surah AnNisaa’ ayat 29 Allah berfirman Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar) kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. (QS. An-Nisa [4]:29) 
c. Penjual dan pembeli sudah baligh atau dewasa, akan tetapi anak-anak yang belum baligh dibolehkan melakukan jual beli untuk barang-barang yang bernilai kecil, misalnya jual beli buku dan koran.

Syarat-syarat barang yang dijual

a. Keadaan barang suci atau dapat disucikan. 
b. Barang yang dijual memiliki manfaat. 
c. Barang yang dijual adalah milik penjual atau milik orang lain yang dipercayakan kepadanya untuk dijual. 
d. Barang yang dijual dapat diserahterimakan sehingga tidak terjadi penipuan dalam jual beli. 
e. Barang yang dijual dapat diketahui dengan jelas baik ukuran, bentuk, sifat dan bentuknya oleh penjual dan pembeli.

Ijab Qobul Jual Beli

Ijab Qabul Ijab adalah pernyataan penjual barang sedangkan Qabul adalah perkataan pembeli barang. Dengan demikian, Ijab Qabul merupakan kesepakatan antara penjual dan pembeli atas dasar suka sama suka. Ijab dan Qabul dikatakan sah apabila memenuhi syarat sebagai berikut: 
a. Qabul harus sesuai dengan ijab 
b. Ada kesepakatan antara ijab dengan Qabul pada barang yang ditentukan mengenai ukuran dan harganya 
c. Akad tidak dikaitkan dengan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan akad, misalnya: “Buku ini akan saya jual kepadamu Rp 10.000,00 jika saya menemukan uang”. 
d. Akad tidak boleh berselang lama, karena hal itu masih berupa janji.

Posting Komentar untuk "Pengertian Syarat Rukun dan Hukum dalam Berdagang (Jualan)"